25 Maret, 2009

Ekspor Kerajinan Aceh tak Terdata

BANDA ACEH - Realisasi ekspor kerajinan Aceh seperti tas bordir dan tikar ke sejumlah negara hingga kini belum terdata. Informasi yang dihimpun Serambi, proses pengiriman barang umumnya dilakukan melalui jasa kurir atau hand carry (pihak ketiga), dan melalui Sumatera Utara sehingga tercatat dalam Pelaporan Ekspor Barang (PEB) Sumatera Utara.Kasie Perdagangan Dalam dan Luar Negeri Dinas Perindustrian, Perdagangan dan UKM Aceh, Ir Netty Muharni, mengatakan tidak memiliki data tersebut. “Ini karena tak ada eksportir Aceh yang menggunakan dokumen ekspor dan alamat ekspor dari Aceh. Pengusaha Aceh memang ada melakukan ekspor tapi menggunakan Surat Keterangan Asal (SKA) atau PEB melalui Sumatera Utara,” kata Netty yang juga Sekretaris Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Aceh ini, Selasa (24/3).Keterangan seorang manajer dari sentra produksi kerajinan di Aceh, proses pengiriman barang selama ini dilakukan melalui jasa pengiriman barang antar negara. Ermawati, Manajer Sentra Industri Kecil Kuta Malaka, di Samahani, Aceh Besar, mengaku telah mengekspor barang kerajinan ke Alabama dan California, Amerika Serikat.“Tahun lalu kami mengekspor tiga kali produk tas tangan bordir. April 2008 sebanyak 2.700 buah tas tangan, Juni dan Juli masing masing sebanyak 1.000 dan 250 lembar ke Alabama. Tahun ini baru sekali, pada Januari sebanyak 300 tas ke California, melalui sebuah yayasan,” aku Erma.Menurut dia, kegiatan ekspor dalam partai kecil ini dilakukan dengan cara sederhana. Untuk ekspor ke Alabama transaksi dilakukan melalui seorang warga Amerika yang bekerja di Aceh pascatsunami. Ia tertarik untuk menjual tas tangan bordir Aceh ke negaranya. “Dia datang ke mari memilih dan menentukan harga. Selanjutnya kami mengirim ke alamat yang ia berikan di Alabama. Pembayarannya ditransfer lewat rekening jika barang sudah diterima di sana,” papar Erma.Kalau ke California, lanjut Erma, pengiriman barang diurus oleh sebuah yayasan. “Mereka datang lalu mengorder dan membayar. Pengirimannya dilakukan yayasan itu, melalui jasa pengiriman barang,” ujarnya.Dari hasil mengekspor barang, Erma mengaku mendapat keuntungan lebih besar daripada menjual di dalam negeri. “Harga yang dipatok untuk produk ekspor lebih mahal daripada untuk penjualan lokal. Tas tangan ini harganya bervariasi, mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 90.000,” tambahnya. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pidie Jaya, mengatakan, salah satu pengusaha kerajinan Seukee Aceh di Pidie Jaya juga pernah melakukan ekspor tikar sebanyak dua kali ke Australia. “Saya tidak ingat berapa jumlahnya, namun cukup besar. Tapi PEB nya dari Sumatera Utara,” demikian ungkap Lukman.(ami)
Sumber: http://www.serambinews.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar