25 November, 2009

Merekam Jejak Abdullah Puteh

JIKA tidak tersandung kasus Helikopter MI-2 Buatan Rostov, Rusia, sepertinya, nama Abdullah Puteh akan berada pada deretan nama-nama orang yang berjasa dalam meretas penyelesaian konflik di Aceh. Selaku Gubernur Nangroe Aceh Darussalam saat itu, ia adalah orang yang paling berkuasa di Aceh. Puteh termasuk getol dan terlibat aktif dalam sosialisasi sembilan pasal kesepakatan penghentian permusuhan (The Cessation of Hostilities Agreement), pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang telah didatangani 9 Desember 2002.

Seperti pepatah, karena nila setitik rusak susu sebelanga, itu yang dialami Abdullah Puteh. Meski banyak kontribusinya untuk Aceh, termasuk pemberlakusan syariat Islam, tetapi nama Puteh tenggelam dalam pusaran informasi korupsi ketimbang jasa-jasa untuk Aceh. Seperti apa sesungguhnya profil lelaki kelahiran Meunasah Arun ini? Abdullah Puteh Lahir di Meunasah Arun, Idi, Aceh Timur, 4 Juli 1948. Menghabiskan masa kecil di Idi. Di sana pula ia menamatkan sekolah rakyat dan sekolah menengah pertamanya. Sementara masa remajanya dilalui di Langsa, Aceh Timur, sambil menamatkan sekolah menengah atas. Walau dimanja, bungsu dari lima bersaudara ini sejak kecil belajar hidup prihatin. Untuk menambah biaya sekolah, ia berjualan telur di pasar atau menjajakan nasi bungkus di stasiun kereta api. Di rumah indekos,

24 November, 2009

27 desa di Pidie Jaya belum terima BKPG

MEUREUDU – Meski sudah memasuki akhir bulan November 2009, sebanyak 27 desa di kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya, dilaporkan belum menerima dana Bantuan Keuangan Peumakmue Gampong (BKPG) dari provinsi. Keterlambatan itu diduga akibat kesalahan penulisan nama desa yang ada di kecamatan tersebut.

“Walaupun kesalahannya beberapa desa saja, resikonya untuk satu kecamatan. Seperti di kecamatan Trienggadeng, ada yang salah ketik desa. Misalnya, ada ketikan desa Meunasah Mee, Pangwa. Sedangkan pada stempel geuchik hanya ditulis desa Meunasah Mee. Tidak perlu menambah Pangwa, walau desa itu berada di Kemukiman Pangwa,” jelas kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Pidie Jaya, Ilyas Yusuf, tadi sore.

12 November, 2009

Menengok Kebotakan Hutan Pidie

Setelah perdamaian atau lahirnya MoU Helsinki 2005 lalu, aksi pembalakan liar justru semakin ganas. Ini dibuktikan dengan hasil operasi gabungan yang digelar pada beberapa bulan lalu oleh pihak dinas Kahutanan dan Perkebunan Kabupaten Pidie. Dari jumlah luas hutan di Kabupaten Pidie, sekitar 185.964 hektare merupakan hutan lindung. Selebihnya, hutan produksi 43.633 ha dan areal lainnya 93.533 ha. Namun, hingga kini, belum bisa dipastikan berapa hektare yang telah dibotakkan terutama pascadamai Aceh.

“Sejauh ini kita belum mengetahui secara pasti angka hutan kita yang telah dibotakkan (digunduli) oleh para pembalak liar. Sebab, para pembalak tersebut dalam melakukan aksi liar itu hanya mengandalkan lokasi secara tebang pilih,” sebut Kadis Kehutanan dan Perkebunan Pidie, Ir Amin Affan MSi, kepada Kontras, pekan lalu via telepon selulernya.

Tras Utama: Siapa Gunduli Hutan Aceh?

Kebijakan jeda tebang telah digulir sejak tahun 2007. Ribuan pasukan ‘penjaga hutan’ juga telah direkrut oleh Pemerintah Aceh. Lalu, mengapa masih banyak penebangan liar?

Meski telah memakai payung, masih juga basah oleh air hujan. Analogi ini tampaknya tepat dengan situasi hutan di Aceh saat ini. Ketika Pemerintah menerapkan kebijakan Moratorium Logging (jeda tebang sementara) pada tanggal 6 Juni 2007, melalui Instruksi Gubernur No 5 Tahun 2007, ternyata degradasi atau kemerosotan hutan semakin parah. Berdasarkan gejala yang timbul hingga saat ini, sejumlah elemen masyarakat yakin akan adanya peningkatan kerusakan hutan di Aceh.

04 November, 2009

Silaturahmi Aceh Rasa Qatar

SILATURAHMI menjadi ciri khas bagi masyarakat Aceh. Nenek moyang selalu mengamanahkan, silaturahmi tanda persaudaraan. Silaturahmi pula yang menjadi pengerat masyarakat Aceh di Al Khor, Doha, Qatar. Sebanyak 100 kepala keluarga (KK) warga Aceh menetap di distrik Al Khor. Mereka umumnya bekerja pada bidang perminyakan. Sudah puluhan tahun mereka menetap di Timur Tengah. Kangen, kampung halaman disiasati dengan mendirikan organisasi Masyarakat Serambi Mekkah (Masmekkar).

Meluangkan waktu bersilaturahmi bagi masyarakat Aceh di Qatar memang tidak mudah. Jam kerja yang sangat padat, membuat mereka harus membuat kesepakatan kapan akan melakukan silaturahmi. “Silaturahmi yang tak putus, mengurangi rasa rindu kampung halaman,” kata Bustami Asyek, asli warga Desa Keutapang, Kota Banda Aceh, yang kini bekerja di bidang perminyakan di Qatar, saat dihubungi Kontras, Kamis (22/10).

03 November, 2009

Undangan Halal Bi Halal

HADIRILAH BERAMAI-RAMAI

UNDANGAN

PENGURUS PUSAT TAMAN ISKANDAR MUDA

MENGUNDANG BAPAK/ IBU/ SAUDARA, WARGA ACEH JABODETABEK & BANTEN, UNTUK MENGHADIRI

HALAL BI HALAL

MASYARAKAT ACEH JABODETABEK & BANTEN,

PADA :

HARI : MINGGU, 15 NOVEMBER 2009

PUKUL : 08.30 WIB – SELESAI

TEMPAT : GEDUNG ISTORA, SENAYAN – JAKARTA.

INSYA ALLAH AKAN DIHADIRI OLEH :

BAPAK PRESIDEN/ BAPAK WAKIL PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA,

PARA MENTERI KABINET INDONESIA BERSATU II, GUBERNUR ACEH, GUBERNUR DKI, PARA DUTA BESAR NEGARA SAHABAT, PARA TOKOH ACEH/ NASIONAL, SERTA RIBUAN WARGA ACEH SE-JABODETABEK DAN BANTEN.

HIBURAN : SEUDATI TUNANG (Sjech Cut Manyak dari Aceh Utara Vs Sjech Binaan TIM-Jakarta), RAPA’I GELENG, SAMAN, DAN PEMBACAAN PUISI OLEH TAUFIK ISMAIL.

JUGA DIADAKAN BAZAR MAKANAN DAN KERAJINAN ACEH

Untuk transportasi bagi yang tidak menggunakan kendaraan sendiri,

silahkan menghubungi Cabang TIM masing-masing.

(Disediakan Makan Siang)