11 Desember, 2010

MALAM PESONA BUDAYA KABUPATEN PIDIE JAYA




Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Panitia Pelaksana Malam Pesona Nanggroe Aceh Darussalam, Pemerintah Aceh dan Kabupaten Pidie Jaya bersama Taman Mini Indonesia Indah mengundang Bapak/Ibu untuk hadir di Taman MINI Indonesia Indah pada Hari Sabtu, 18 Desember 2010, Jam 19:00 WIB.

Pengumuman ini kami sampaikan kepada seluruh Warga Aceh, khususnya kepada Seluruh Warga Masyarakat Kabupaten Pidie Jaya Nanggroe Aceh Darussalam SeJABODETABEK, kami mengharapkan kehadirannya pada malam PESONA BUDAYA KABUPATEN PIDIE JAYA tersebut dengan menampilkan tarian tradisional : Beuhe, peumulia jame,likok pulo, seudati, tarek pukat dan lain-lain, Bila bapak/ibu berkenan hadir segera menghubungi kami nomor Hp. 08120082748 sebelum tanggal 16 Desember 2010 untuk mendapatkan UNDANGAN dan PASS Masuk GRATIS untuk Dua orang dan gratis masuk kendaraan.

Demikian kami sampaikan atas perhatian dan partisipasi masyarakat Aceh kami mengucapkan terima kasih.

Wassalam,

Sumber: Ketua Umum Badan Musyawarah Pidie Jaya Jabodetabek Dr. Muhamad Natsir

09 Januari, 2010

Pidie Jaya bertolak ke Jakarta

Sports - Lokal
WASPADA ONLINE
MEUREUDU - PS Pidie Jaya bertolak ke Jakarta lewat Bandara Sultan Iskandar Muda Blang Bintang, Aceh Besar untuk mengikuti putaran 16 besar kompetisi Divisi III PSSI Nasional.

Ketua PS Pidie Jaya merangkap Manajer H Yusri Abdullah SH mengatakan, tim besutan pelatih Marwan berkekuatan 20 pemain dan akan melakukan empat pertandingan dengan empat tim asal Sumatera di Lapangan Bea Cukai, Jakarta Timur.

Dikatakan, setiap klub peserta diharuskan membayar dana Rp34 juta kepada panitia pelaksana. Hal itu dilakukan karena tidak ada satu tim peserta pun yang bersedia menjadi tuan rumah.

Semua Desertir TNI Tetap Diburu

BANDA ACEH - Pangdam Iskandar Muda (IM), Mayjen TNI Hambali Hanafiah menegaskan, jajarannya tetap memburu semua desertir TNI di Aceh, termasuk mantan prajurit TNI yang membelot ke GAM pada masa konflik. “TNI tetap memburu setiap desertir untuk diproses secara hukum,” kata Pangdam Hambali dalam acara coffee morning dengan wartawan, pimpinan media cetak dan elektronik di Balai Teuku Umar (BTU) Kodam IM, Banda Aceh, Jumat (8/1). Dalam sebuah pertemuan khusus sebelumnya dengan Serambi di Makodam IM, Pangdam menyebut para desertir itu sebagai pengkhianat bangsa. Apalagi kebanyakan dari mereka lari dari tugas militer pada saat Aceh dilanda konflik, lalu bergabung dengan musuh negara. Bahkan mereka juga membawa lari senjata api dan amunisi milik negara untuk diserahkan kepada musuh. Di beberapa negara, kata Pangdam, para militer desertir bukan saja dihukum berat, tapi malah ada yang dibunuh.

Pembangunan Pusat Pemerintahan Pijay Segera Dimulai

MEUREUDU - Peletakan batu pertama untuk pembangunan pusat pemerintahan Kabupaten Pidie Jaya (Pijay) akan dilakukan pertengahan Januari ini. Namun jumlah dana yang tersedia dalam Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun ini hanya Rp 4 miliar. Jumlah itu lebih sedikit dari alokasi DAK tahun 2009 lalu, sebesar Rp 8,5 miliar. Bila didasarkan total anggaran yang dibutuhkan untuk empat proyek multiyears mencapai Rp 112,025 miliar, berarti Pidie Jaya masih kekurangan dana sekitar Rp 99 miliar lebih lagi. Empat proyek multiyears itu meliputi, kantor Bupati (Rp 43,558 miliar), DPRK (Rp 14.985 miliar), Bappeda (Rp 6,681 miliar ), serta pembangunan jalan layang yang akan menguras dana Rp 46,799 miliar.

Teror Aceh Phil H Munawar A Djali - Opini

KETIKA memandang kondisi Aceh akhir-akhir ini, maka kesedihan, hati luka dan kekhawatiran ang akan muncul di benak kita. Berbagai peristiwa seperti penembakan warga asing, perampokan bersenjata, semua ini bagaikan drama serial. Namun babak demi babak berlalu dengan mulus dan terus berada dalam satu plot berita. Inilah “teror” ala baru yang taget akhirnya bagaimana mengeruhkan damai Aceh.

Kita pantang mengacung jempol buat sutradaranya. Kepiawaian dan keapikannya mengemas setiap fragment begitu memukau. Setiap fragment tersaji demikian detail, sempurna dan hidup alami. Bagaimana sang sutradara memainkan perasaan khalayak sehingga tumbuh rasa sedih, khawatir hingga sangat ketakutan. Apa yang bisa saya katakan, bahwa ini rangkaian teror yang sisitematis—terutama dengan target pekerja asing—untuk menciptakan kembali pencitraan buruk antara Aceh dalam hubungannya dengan komunitas internasional.

* Dr. Phil. H. Munawar A. Djalil adalah pemerhati masalah sosial, politik Aceh, tinggal di Sigli

Melaut Hari Jumat Belasan Nelayan Pijay Ditangkap * Seluruh Hasil Tangkapan Disita

MEUREUDU – Sebanyak 17 nelayan Pidie Jaya (Pijay) ditangkap aparat keamanan gabungan (Polri dan TNI) karena melanggar pantangan adat Aceh, yakni melaut pada hari Jumat (8/1). Setelah dinasihati agar menghormati aturan hukum adat laot, para nelayan itu dilepaskan kembali. Akan tetapi, seluruh hasil tangkapan mereka disita dan tidak seorang pun di antaranya dibolehkan melaut selama sepekan. “Ini sanksi adat laot atas pelanggaran yang mereka lakukan,” kata Panglima Laot Meurah Dua, Pijay, M Nasir Mahmud, kepada Serambi di Makoramil Meureudu kemarin.

Menurutnya, informasi tentang 17 nelayan yang melaut pada hari yang dilarang/dipantangkan itu berawal dari pemberitahuan beberapa warga di pesisir pantai. Mendapat informasi tersebut, M Nasir Mahmud bersama Abu Laot Meureudu segera melakukan verifikasi. Ternyata, laporan warga tersebut benar adanya. Lalu, kedua Abu Laot itu melaporkan pelanggaran tersebut kepada aparat keamanan di Meureudu dan Meurah Dua.

PS Pidie Jaya Bertolak ke Jakarta

MEUREUDU - Persatuan Sepakbola (PS) Pidie Jaya yang berkekuatan 20 pemain, Jumat (8/1) pagi, dijadwalkan bertolak ke Jakarta untuk mengikuti putaran kompetisi Divisi III PSSI tingkat Nasional. Selama di Jakarta, Ikhsan, Zulkifli, Royani, Angga, Mulyadi, serta Mursal dkk akan berlaga di Lapangan Bea Cukai Jakarta Timur. Keberangkatan PS Pijay tersebut diwarnai dengan acara pelepasan yang berlangsung dalam sebuah upacara sederhana depan Kantor Sekretariat PS Pidie Jaya di Meureudu, Kamis (7/1). Bupati Pidie Jaya, M Gade Salam, yang diwakili Sekda Ramli Daud SH, mengharapkan, para pemain benar-benar mentaati semua aturan yang berlaku di dunia sepakbola. “Persembahkan permainan terbaik di depan publik dan jangan sekali-kali memprotes keputusan wasit termasuk juga hakim garis,” pesan Bupati yang dibacakan Ramli Daud.

Wapres Bentuk Pos Khusus Pantau Aceh * Menkeu Diminta Penuhi Dana Reintegrasi

BANDA ACEH - Perhatian pemerintah pusat terhadap perkembangan pembangunan Aceh dilaporkan sangat serius. Menurut Menteri Negara BUMN, Mustafa Abubakar, Wapres RI, Boediono bahkan meminta agar di kantornya dibentuk sebuah tim khusus memantau perkembangan Aceh. Informasi tersebut disampaikan Mustafa Abubakar pada acara dialog bersama Unsur Muspida Aceh dan mahasiswa di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Jumat (8/1) malam. “Dalam perjalanan pulang memperingati lima tahun tsunami di Aceh, ketika di pesawat, Pak Wapres mengatakan kepada Pak Kontoro agar di kantornya dibentuk tim unit khusus yang bertugas memantau pembangunan di Aceh,” ungkap Mustafa Abubakar.

Korban Banjir Pijay Masih Menumpang di Meunasah * Untuk Kebutuhan Bersih-bersih Terkendala Air

MEUREUDU – Hingga hari keempat pascabanjir Pijay, sebagian besar korban masih menumpang di tempat-tempat penampungan, seperti meunasah, masjid, atau bangunan-bangunan lain yang luput dari musibah. Di lokasi-lokasi tumpangan tersebut, disediakan dapur umum untuk memunuhi konsumsi masyarakat.

Menurut pengamatan Serambi, korban banjir yang hingga kemarin masih menumpang di berbagai tempat terpusat di 10 titik, baik di Kecamatan Meureudu maupun Meurah Dua. Tumpangan sementara itu umumnya digunakan untuk istirahat malam hari, sedangkan siangnya mereka pulang melakukan pembersihan dan perbaikan tempat tinggal yang dipenuhi lumpur maupun mengalami kerusakan. Tetapi, upaya bersih-bersih itu pun masih terkendala akibat kesulitan air.

Aceh Map - Peta Nanggroe Aceh

Aceh Map - Peta Nanggroe Aceh

Gold Leaf & Baiturrahman By: Doni Irfan |

Gold Leaf & Baiturrahman

By: Doni Irfan |

Mesjid Raya Baiturahman Banda Aceh

Sejarah Agama islam di Indonesia | Kerajaan Aceh Darussalam

Sejarah Islam, Kesultanan aceh berdiri pada tahun 1514, terletak di ujung utara pulau Sumatra. Pendirinya adalah sultan Ali Mughayat Syah yang bertakhta dari tahun 1514 – 1530. Pada tahun 1520, beliau memulai kampanye militernya untuk menguasai bagian utara Sumatra. Dalam sejarah ini Kampanye pertamanya dilakukan di Daya, di sebelah barat laut, yang menurut Time Pires belum mengenal islam. Selanjutnya, Ali mughayat Syah melebarkan sayap sampai ke pantai timur yang terkenal kaya akan rempah-rempah dan emas.
Untuk memperkuat perekonomian rakyat dan kekuatan militer laut, didirikannya banyak pelabuhan. Penyebrangan ke Deli dan Aru adalah perluasan daerah terakhir yang dilakukan oleh sultan Ali Mughayat. Sultan juga mampu mengusir garnisun POrtugis dari daerah Deli, yang meliputi Pedir dan Pasai. Namun saat penyebrangan terhadap Aru (1824), tentara Ali Mughayat dapat dikalahkan oleh Armada Portugis.

Kesultanan Perlak

Peta kerajaan Islam Peureulak dan Pasai.Kesultanan Peureulak adalah kerajaan Islam di Indonesia yang berkuasa di sekitar wilayah Peureulak, Aceh Timur, Aceh sekarang antara tahun 840 sampai dengan tahun 1292. Perlak atau Peureulak terkenal sebagai suatu daerah penghasil kayu perlak, jenis kayu yang sangat bagus untuk pembuatan kapal, dan karenanya daerah ini dikenal dengan nama Negeri Perlak. Hasil alam dan posisinya yang strategis membuat Perlak berkembang sebagai pelabuhan niaga yang maju pada abad ke-8, disinggahi oleh kapal-kapal yang antara lain berasal dari Arab dan Persia. Hal ini membuat berkembangnya masyarakat Islam di daerah ini, terutama sebagai akibat perkawinan campur antara saudagar muslim dengan perempuan setempat.

Pakar: PT Garuda Telah Hapus Sejarah Aceh

Banda Aceh ( Berita ) : Pakar hukum adat dan sejarah dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh menilai pihak PT Garuda yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia telah menghapus sejarah Aceh yang telah menyumbangkan pesawat sebagai cikal bakal penerbangan di tanah air.

“Saya tidak bisa memahami, mengapa PT Garuda tidak menulis atau mencantumkan asal Garuda berasal dari sumbangan rakyat Aceh,” kata sejarawan Aceh, M Adli Abdullah di Banda Aceh, Jumat [23/01].

Para Penjaga Kejayaan Bangsa Aceh

Aceh banyak memiliki peninggalan sejarah yang berusia ratusan tahun. Tapi hanya sedikit orang yang ingat dan peduli pada benda-benda dari kejayaan masa lalu itu. Mereka yang memeliharanya pun hidup pas-pasan.

Meugang

Tradisi makan daging menjelang Hari Raya di Aceh memiliki sejarah panjang.

Panglima Polem

"Saya sudah tiga tahun menemani Panglima", ungkap lelaki tua itu.
"Itu saya lakukan atas kerelaan dan keikhlasan hati saya. Tidak ada bayaran sedikitpun yang saya terima dan saya tidak mengharapkan apa-apa," lanjutnya.

Si Mata Biru

"Jika jalan-jalan ke Ace Barat, jangan lupa singgah sejenak ke Lamno Jaya. Di sana dapat kita lihat dara Portugis, si dara Barat yang biru mata".
Kurang lebih seperti itu terjemahan sebait lagu Sabirin Lamno yang diberi judul Dara Portugis.

Buku Rumah Aceh Hasil Edit

Buku Rumah Aceh Hasil Edit

Universitas di Aceh

Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH). Universitas Syiah Kuala, merupakan wujud dari keinginan rakyat Aceh untuk memiliki sebuah lembaga pendidikan tinggi negeri. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh telah menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang terkenal. Para mahasiswa dan staf pengajar berasal dari berbagai penjuru dunia, seperti Kesultanan Turki, Iran, dan India. Syiah Kuala, yang namanya ditabalkan pada perguruan tinggi negeri di Serambi Mekkah ini, adalah seorang ulama Nusantara terkemuka yang bernama Tengku Abdur Rauf As Singkili di abad XVI, yang terkenal baik di bidang ilmu hukum maupun keagamaan. website: http://www.unsyiah.ac.id/

ASAL USUL BAHASA MELAYU

Untuk mengetahui asal usul Bahasa Melayu kita perlu mengetahui asal-usul penutur aslinya terlebih dahulu, iaitu orang Melayu. Asal-usul bangsa Melayu sehingga kini masih kabur. Akan tetapi beberapa sarjana Eropah seperti Hendrik Kern (Belanda) dan Robert von Heine Geldern (Austria) telah melakukan penyelidikan secara kasar latar belakang dan pergerakan masyarakat Melayu kuno.

Tari Seudati

Mahasiawa STP Jakarta asal Aceh Halal bi Halal Masyarakat Aceh Jabodetabek & Banten di Istora Senayan, 15/11/2009

08 Januari, 2010

Guru Harus Jadi Panutan Masyarakat

MEUREUDU - Tugas guru bukan hanya sekadar mendidik anak-anak di sekolah, tetapi harus menjadi panutan bagi semua orang. Guru hendaknya berlaku jujur, mampu menjalin komunikasi vertikal dan horizontal, serta menghindari segala bentuk perbuatan yang dapat mengundang perselisihan. Hal itu dikatakan Bupati Pidie Jaya (Pijay), Drs HM Gade Salam, dalam sambutannya seusai melantik belasan kepsek dan pengawas TK/SD dalam jajaran Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga kabupaten setempat, Rabu (6/1) di Meureudu.

07 Januari, 2010

Polres Pidie Serahkan Bantuan Banjir Pijay

MEUREUDU - Jajaran Polisi Resort (Polres) Pidie menyerahkan bantuan bahan pokok, seperti minyak goreng, beras, mi instan, kain sarung, dan sajadah untuk korban banjir di Pidie Jaya (Pijay). Bantuan yang diterima langsung oleh Bupati Pidie Jaya, HM Gade Salam itu diserahkan oleh Kapolres Pidie, AKBP Moffan MK melalui Kabag Bina Mitra, AKP Said Ahmad di halaman Setdakab setempat, Rabu (6/1). “Mudah-mudah, bantuan ini bisa sedikit membantu para korban banjir di Pidie Jaya,” ujar Said Ahmad. Sementara Sekdakab Pijay, Ramli Daud menyampaikan terima kasih atas bantuan itu. “Kami atas nama masyarakat Pidie Jaya sangat berterimakasih atas bantuan ini,” ujarnya.(s)

06 Januari, 2010

9 Km jalan Jiemjiem rusak parah

LUENG PUTU - Sepanjang sembilan kilometer jalan di lima desa pedalaman Kemukiman Jiemjiem, Lueng Putu, kecamatan Bandar Baru, kabupaten Pidie Jaya, dilaporkan sejak puluhan tahun mengalami rusak parah.

Warga setempat mengaku, akibat utama terisolirnya masyarakat lima desa di pemukiman pedalaman Lueng Putu itu, yakni meliputi desa Jiemjiem, Abah Lueng, Blang Krueng, Aki Neungoh, dan desa Sarah Panyang, hanya karena tak pernah dibangunnya jalan baru di wilayah itu. Padahal, wilayah itu termasuk salah satu wilayah yang mempunyai hasil bumi terbesar, seperti biji coklat (kakao).

Kepala dusun Tunong, desa Jiemjiem, Tgk Muhammad Nur, tadi malam, mengatakan, bila jalan baru di wilayah itu bisa dibangun oleh pemertintah, maka transportasi masyarakat menuju pusat kecamatan Bandar Baru akan mudah.

Pijay Butuh Aparatur Berdedikasi Tinggi

MEUREUDU - Bupati Pidie Jaya (Pijay), Drs HM Gade Salam mengatakan, untuk membangun Pidie Jaya ke arah yang lebih maju, diperlukan aparatur pemerintah yang berdedikasi tinggi, proaktif, serta bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Jika beberapa komponen dasar itu mereka miliki, dipastikan Pijay bisa berlari kencang dan penumpang pun bakal merasakan kenyamanan.

Sebaliknya, kalau para kadis, badan, dan kantor tidak mau bekerja keras, hanya pasif saja, atau bekerja apa adanya, niscaya sampai kapan pun kabupaten Pidie Jaya tak akan mengalami kemajuan. Bahkan kemunduran yang bakal dialami. Karenanya, bupati kembali mengajak semua para abdi negara di wilayahnya untuk bekerja lebih baik lagi terutama dalam memberi pelayanan kepada masyarakat.

04 Januari, 2010

Dampak banjir Pidie Jaya, PLN rugi Rp213 juta

MEUREUDU - Dampak bencana banjir bandang yang menimpa sejumlah kawasan di Kabupaten Pidie Jaya, akhir Desember lalu, dilaporkan telah menyebabkan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Ranting Meureudu, Pidie Jaya menderita kerugian mencapai Rp213 juta.

“Bencana banjir yang tergolong besar itu telah menyebabkan satu unit gardu listrik, empat mobil loket, satu CPU (Central Processing unit) komputer, serta sejumlah alat-alat tulis kantor hanyut, atau rusak terendam air,” kata Plh manajer PLN Cabang Sigli, Pidie, Siful Ali, tadi siang.

Dikatakan, banjir besar yang terjadi di Pidie Jaya telah menyeret dan merendam sejumlah peralatan milik PLN Ranting Meureudu. Antara lain, berupa alat tulis kantor (ATK), satu unit gardu, empat unit mobil loket dan satu CPU komputer.

Menengok Manusia Barak

Tsunami sudah berlalu 5 tahun. Namun, sebagian korban tsunami justru masih mendiami barak-barak. Seperti apa kehidupan mereka dan peluang mendapatkan rumah bantuan? Sejak terjadinya bencana tsunami 26 Desember 2004, Aceh telah menjadi anomali munculnya ratusan barak sebagai tempat tinggal bagi korban yang kehilangan tempat tinggal. Seiring itu pula, mata dunia tertuju pada Aceh, apalagi saat itu kawasan itu sedang dilanda konflik berkepanjangan. Pascabencana muncul sebuah badan rehab “raksasa” yang disebut dengan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR NAD-Nias). Tak tanggung-tangung, badan setingkat departemen di kementerian ini seolah menyulap infrastruktur di bumi Serambi Mekkah menjadi kembali normal bahkan lebih baik dari sebelumnya.

BKRA yang Mandatnya Terbatas

Dalam mendukung proses rehabilitasi dan rekonstruksi agar menjadi lebih terencana, terarah dan terkordinasi dengan baik, pemerintah Indonesia membentuk Undang-undang nomor 10 Tahun 2005 tentang pendirian Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias BRR NAD-Nias) yang memiliki mandat yaitu melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi untuk pemulihan wilayah dan masyarakat di Provinsi Aceh dan Kepulauan Nias, Provinsi Sumatera Utara. BRR NAD-Nias mampu menunjukkan kepada dunia dengan melakukan rehabilitasi dan rekontruksi ke semua bidang, baik untuk sektor perumahan, perekonomian, kesejahteraan dan sektor pendukung pembangunan ilayah lainnya. Dana yang terserap melalui APBN sampai dengan BRR NAD-Nias berakhir masa tugasnya selama 4 tahun, mencapai Rp 31 Trilyun atau 91 % dari jumlah keseluruhan anggaran. Serapan dana tersebut mampu menggapai angka 94 % untuk capaian fisik berdasarkan target KPI (Key Performance Indicator) yang telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2008. Realisasifisik yang telah dicapai diantaranya ; pembangunan rumah lebih dari 140.000 unit, 3.585

Di Pidie, 113 KK Masih di Gubuk

Lima tahun sudah usia peristiwa gempa dan tsunami yang telah memporak-porandakan Provinsi Aceh. Dan hampir empat tahun Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias bekerja di Aceh untuk memulihkan segala infrastruktur. Namun, dibalik itu, hingga usia lima tahun tsunami nyatanya masih menyisakan persoalan untuk sektor yang sangat vital: perumahan. Di Kabupaten Pidie, berdasarkan data dari pihak pemerintah setempat, ada 113 Kepala Keluarga (KK) yang masih berteduh dalam rumah gubuk buatan sendiri ala kadarnya. “Dari data yang terbaru sampai saat ini ada 113 KK, yang tersebar di Kecamatan Muara Tiga sebanyak 68 KK, dan Kembang Tanjong 45 KK,” sebut Kepala Bagian Humas Setdakab Pidie, Drs Maimun Ibrahim MSi, kepada Kontras, Selasa (22/12).

Gagalnya Realisasi Dana Otsus

Besarnya dana otonomi khusus (Otsus) serta bagi hasil minyak bumi dan gas (Migas) ternyata tak membuahkan hasil nyata. Masalahnya ditengarai berada di Pemerintah Provinsi. Inilah kisah “nafsu” besar tenaga kurang. Dulu ketika Aceh menjadi arena perang, sejumlah tokoh, masyarakat, dan mahasiswa merasa dianaktirikan oleh pemerintah. Pembangunan tidak berjalan. Sejumlah daerah masih terisolir. Banyak jalan yang hancur tanpa bisa dibangun kembali. Banyak gedung sekolah tak memiliki pagar, sanitasi, dan bangunan yang memadai. Banyak pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) tak bisa dibangun. Dalilnya hanya satu: Aceh dalam konflik dan pemerintah tidak akan dapat membangun dalam suasana perang.

Asosiasi Parlemen Aceh jadi Solusi

KETUA Komisi C bidang keuangan DPRK Aceh Utara, Khaidir Abdurahman menyebutkan, memang sangat banyak persoalan terkait pengelolaan dana otonomi khusus. Hakikatnya, dana itu memang digunakan untuk kemajuan pembangunan seluruh daerah di Aceh. Namun, realitas yang terjadi di lapangan, banyak dana Otsus dan Migas tak bisa digunakan oleh daerah. Pasalnya, pemerintah provinsi terlalu lamban menyesaikan persoalan teknis penggunaan dana Otsus tersebut.

“Kalau kita melawan masing-masing, itu tidak akan kuat. Isu ini saya pikir semua daerah mengalami hal yang sama. Semua kabupaten/kota juga mengalami persoalan yang seharusnya tidak terjadi. Makanya, perlu aksi bersama untuk menyelesaikan dan menuntut persoalan ini ke provinsi,” kata Khaidir.

Menziarahi Makam Panglima Pidie

Keramat Merupakan satu pekuburan Islam yang terletak di Puncak Bukit Gedung (Bukit China). Di Puncak bukit tersebut terdapat sejumlah perkuburan Islam di mana Batu nisanya dibuat dari batu granit. Dua daripada perkuburan tersebut merupakan kubur panjang dan keramat panjang mengambil nama sempena keadaan kubur tersebut.

Adalah dipercayai salah satu makam tersebut merupakan Makam Panglima Pidi, Pahlawan Acheh yang terkoborban bersama Syamsuddin Al Sumatrani semasa peperangan di Antara Acheh dengan Fortugis di Melaka. Pada suatu masa dahulu kawasan keramat ini sering dikunjungi oleh penduduk tempatan untuk membayar niat atau nazar. walau bagaiamanapun kegiatan tersebut tidak lagi diamalkan ketika ini. Kewujudan perkuburan dan Makam Keramat Panjang di Puncak bukit ini membuktikan ianya telah wujud sebelum kawasan persekitarannnya dijadikan sebagai tanah pekuburan Cina yang terbesar di Melaka pada satu masa dahulu. Ianya wajar dipelihara dan dikekalkan berterusan untuk tatapan generasi akan datang ......

Lima Tahun Berlalu ...

TANGGAL 26 Desember 2009, lima tahun sudah kita lalui peristiwa getir yang menghentak dunia, gempa dan tsunami Minggu pagi. Kala itu, Aceh berada pada titik nol, suatu posisi yang rasanya tidak mungkin hidup kembali ketika hampir seluruh pesisir Aceh porak-poranda, hening dalam ketidakpastian.

Ketika itu, Aceh senyap. Sosok-sosok jenazah korban tsunami bergelimpangan di sebarang tempat. Dulu, semuanya dibuat tidak peduli dengan keadaan kecuali mengurusi diri sendiri dalam ketidakpastian. Bingung, apa yang hendak diperbuat ketika semuanya seperti mati, sama sekali tidak ada harapan.

Kini, lima tahun sudah peristiwa getir itu berlalu. Kita sudah bisa melupakan semua kepahitan di Minggu pagi, 26 Desember 2004. Tidak terasa, tahun demi tahun terlewati. Ada banyak peristiwa yang bisa direkam oleh semua anak negeri ini, dari tidak ada lalu kembali semuanya menjadi ada. Dari titik nol, Aceh kembali membangun untuk kelangsungan hidup anak negeri.

Pagi ini, Bupati Pijay Rombak Kabinet Lagi

MEUREUDU - Pagi ini, sekira pukul 09.00 WIB, Senin (4/1), Bupati Pidie Jaya (Pijay), HM Gade Salam dijadwalkan akan merombak kembali kabinet pemerintahannya atau lebih dikenal dengan istilah mutasi. Seremonial mutasi itu akan digelar di Oproom Setdakab setempat. Sumber-sumber yang layak dipercaya kepada Serambi menyebutkan, dalam pemutasian kali ini, bupati akan menempatkan saingannya pada Pilkada 2008 lalu masuk dalam kabinetnya. Yaitu, calon wakil Bupati Ridwan M Ali yang saat itu berpasangan dengan Tgk Nasruddin sebagai calon bupati. Masuknya calon wakil bupati kalah dalam pemerintahan M Gade Salam/M Yusuf Ibrahim itu diduga akibat pasangan Tgk Nasruddin saat itu sudah mengalihkan dukungannya kepada M Gade Salam.

Pascabanjir Pijay Satu Keluarga Tinggal di Pos Kamling

BANJIR Pidie Jaya (Pijay), kini telah berlalu. Kondisi pemukiman di sana berangsur normal, dan mayoritas penduduk juga sudah kembali beraktivitas sebagaimana biasa. Namun di balik itu, masih juga tersisa satu keluarga yang terpaksa menjadikan pos keamanan lingkungan (Pos Kambling) gampong sebagai tempat tinggal, lantaran rumah bantuan dhuafa milik orang tuanya rusak berat hingga tidak bisa ditempati lagi.

Adalah, Nurhayati (27), warga Desa Beuringen, Kecamatan Meurah Dua sejak musibah banjir besar melanda kawasan tersebut, Sabtu 19 Desember 2009 lalu, sampai sekarang ia bersama kedua anaknya masing-masing berusia 2,7 tahun dan empat bulan disertai ibunya Juairiah (55) minggat dan tinggal di Desa Jurong Teupin Pukat kecamatan yang sama. Untuk makan sehari-hari keluarga miskin ini hanya mengandalkan dari bantuan.

Dua Tahun Rusak, Jembatan Gahru belum Diperbaiki

MEUREUDU - Jembatan penghubung antara Desa Gahru dengan Desa Lhok Pusong dan sejumlah desa lainnya di Kecamatan Bandar Dua, Pidie Jaya, yang rusak parah sejak dua tahun silam, hingga kini belum ada tanda-tanda akan diperbaiki. Warga terus mendesak agar jalur transportasi utama masyarakat pedalaman Pidie Jaya itu bisa dibangun kembali.

03 Januari, 2010

Pidie Jaya kehilangan pendapatan Rp43 M

MEUREUDU – Setidaknya Rp43 miliar potensi pendapatan di kabupaten Pidie Jaya menguap setiap tahun, karena tidak memiliki pabrik pengolahan padi.

Menurut penyuluh senior Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPKP) Pidie Jaya, Nazaruddin, malam ini, menyebutkan, hal itu terjadi karena Pidie jaya belum memiliki pabrik pengolahan padi yang standar. Akibatnya, puluhan ton padi terpaksa diangkut dan diolah di Sumatera Utara.

“Bila kondisi ini terus dibiarkan, maka selain tidak mengurangi angka pengangguran, kita juga akan mengalami kerugian terus-menerus setiap tahunnya. Setelah saya hitung-hitung, kita mengalami kerugian sekitar Rp43 miliar setiap tahunnya,” ucapnya.