06 Mei, 2009

Politisi Pijay, Tenggelam Pascapemekaran

* Bakal tak Lagi Miliki ‘Wakil’ di Parlemen Aceh

ASPIRASI rakyat di delapan kecamatan se Pidie Jaya tampaknya bakal sulit menerobos gedung Parlemen Aceh (DPRA) di Jalan Tgk M Daud Beureueh, Banda Aceh, selama kurun waktu lima tahun mendatang (periode 2009-2014). Betapa tidak, dari tujuh nama yang diprediksi akan mewakili DP-2 (Pidie dan Pidie Jaya) ke gedung DPR Aceh hasil Pemilu legislatif 9 April lalu, nyaris tidak ada satu pun putra asal Pidie Jaya. Atau paling tidak, belum diperoleh kepastian apakah ada politisi Pijay yang berhasil melenggang ke Jalan Daud Beureueh.

Memang secara aturan, setelah seseorang resmi dilantik menjadi anggota DPR Aceh maka yang bersangkutan sudah menjadi wakil seluruh rakyat Aceh (terutama daerah pemilihan yang diwakilinya), alias bukan lagi wakil masyarakat atau kelompok tertentu. Namun kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, aspirasi masyarakat biasanya akan lebih mudah terealisir jika disampaikan melalui orang yang berasal dari daerah setempat, dan juga menjadi anggota dewan karena dipilih oleh masyarakat setempat.

Kekhawatiran ini lah yang belakangan mulai muncul di kalangan masyarakat Pidie Jaya dalam beberapa hari terakhir. Hal ini dibenarkan oleh salah seorang anggota DPRK Pidie Jaya, Mustari Mukhtar. “Yang saya tahu tidak ada seorangpun putra Pidie Jaya yang menduduki kursi DPR Aceh. Kalau ini benar, aspirasi rakyat Pidie Jaya bakal tak terdengarkan oleh legislatif Aceh. Bakal tidak ada lagi wakil rakyat profinsi yang peduli terhadap jalan rusak, jembatan patah dan lainnya di pedalaman kabupaten ini,” ujar Mustari kepada Serambi, Selasa (5/5).

Kekhawatiran serupa juga diungkap Tgk Ilyas Abdullah, putra Uleeglee, yang saat ini masih menjabat sebagai anggota DPRA dari Partai Persatuan Nahdhatul Ummah Indonesia (PPNUI). “Memang suatu kelemahan jika kita tidak punya wakil di DPRA. Dalam rapat panitia anggaran misalnya, kalau tidak ada anggota dewan dari Pijay, daerah kita akan sulit mendapatkan proyek pembangunan,” ujar Tgk Ilyas yang dihubungi terpisah kemarin.

Berdasarkan penelusuran Serambi, keadaan ini jauh berbeda dengan keberadaan putra asal Pidie Jaya ketika kabupaten itu masih bergabung dengan kabupaten induk, Pidie. Lihat saja komposisi DPRA periode 2004-2009 yang hanya tersisa waktu menjabat sekitar tiga bulan lagi. Tidak kurang dari lima putra Pijay tercatat sebagai anggota legislatif Aceh. Mereka adalah M Gade Salam dan Bahrom M Rasyid (PPP), Mukhlis Mukhtar (PBR), Hamdani Hamid (PBB), dan Ilyas Abdullah (PPNUI).

Bahkan, ketika Gade Salam terpilih menjadi Bupati representatif pertama Pidie Jaya, kursi yang ditinggalkannya di DPR Aceh juga diisi oleh putra Pijay, yakni Ihsanuddin MZ. Tak dinyana, setelah berpisah dari kabupaten induk, para politisi Pijay seakan telah tenggelam dan nyaris tidak bisa berbuat banyak dalam bursa Pemilu 2009.

Sebenarnya, ada dua putra Pidie Jaya yang digadang-gadang untuk menampung aspirasi Pidie Jaya dalam pemilu legislatif, 9 April 2009 lalu. Yaitu, Ihsanuddin MZ dari PPP dan Iqbal Idris dari Partai Aceh. Namun, masyarakat tidak menjatuhkan pilihannya kepada Ihsanuddin MZ yang juga pernah maju sebagai calon Bupati Pidie Jaya. Sementara Iqbal Idris, gagal menjadi caleg karena tersandung perkara status warga negara ganda.

Namun, di tengah kekhawatiran masyarakat itu, kabar baik berhembus dari Partai Aceh. Disebut-sebut, satu dari enam kursi yang diraih partai itu dari DP-2 (Pidie dan Pidie Jaya) untuk DPR Aceh periode 2009-2014 adalah milik Marzuki, asal Cubo Bandar Baru, Pidie Jaya. Sayangnya, hingga kemarin, Serambi belum memperoleh kebenaran terhadap “kabar baik” ini. Nomor HP Marzuki yang dihubungi beberapa kali sedang tidak aktif. Jika memang kabar itu benar adanya, maka hampir bisa dipastikan Marzuki harus berjuang keras untuk menyuarakan aspirasi rakyat yang diwakilinya di parlemen Aceh kelak. Meski hanya satu dari 69 orang anggota DPR Aceh, masyarakat Pidie Jaya berharap Marzuki mampu memainkan peran untuk tetap menjaga agar suara rakyat dari Pidie Jaya tetap menggema di gedung Parlemen Aceh.(m syukur hasbi)


Sumber: http://www.serambinews.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar