09 September, 2009

Jejak Aceh di Tanah Arab

Di dalam perjalanan ini, saya sempat berpikir apakah nama baik orang Aceh di Arab Saudi bisa sederajat dengan nama baik Aceh di Indonesia dan di seluruh dunia. Yang menarik adalah hampir semua negara yang saya kunjungi, nama Aceh selalu dihormati dan dipandang sebagai bagian dari peradaban dunia...

MENJELANG bulan Ramadan ini, tepatnya tanggal 18 Agustus saya melakukan ibadah umrah bersama-sama dengan beberapa kerabat di Banda Aceh. Sebagai bagian dari rombongan yang dikoordinasikan oleh Ce’Man Tour and Travel, saya memiliki beberapa refleksi mengenai bagaimana sesungguhnya hubungan Arab dan Aceh. Dalam laposan singkat ini, saya ingin menjelaskan bagaimana hubungan kedua negeri ini, hingga saya sendiri tidak pernah menduga betapa beruntungnya menjadi orang Aceh di tanah Suci ini. Ketika tiba di Jeddah, jam 17.55 waktu Saudi (21.55 wib), karena prosedur yang agak ketat yang baru diberlakukan awal Agustus tahun ini. Peraturan tersebut adalah seluruh pengunjung yang masuk ke Saudi diwajibkan sekarang ini diambil sidik jari, dan di photo satu persatu. Namun, prosedur ketat ini tidak dibarengi dengan penambahan karyawan imigrasi. Sambil menunggu dan duduk duduk dilantai saya mencoba membersihkan jenggot dan kumis saya. Rupanya tindakan ini mengundang kecuriagaan dari peugas imigrasi lebih ketat lagi. Lalu, dengan bahasa Arab terbata bata, saya jelaskan bahwa saya cukur jenggot sambil mengisi waktu kosong, karena lamanya menunggu di Imigrasi. Pegawai imigrasi menanyakan asal saya, kemudian saya menjawab :”Asyi”, sebuah sebutan marga Aceh dikalangan orang Arab.