20 November, 2008

Petani Pidie Jaya Terima Bantuan Benih

Petani di Kabupaten Pidie Jaya menerima bantuan benih kedelai program upaya khusus (UPSUS) dan benih padi Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dari Departemen Pertanian Republik Indonesia. Penyerahan benih padi tersebut bertepatan dengan dimulainya musim tanam rendengan 2008/2009, diserahkan langsung oleh Bupati Pidie Jaya, Drs Salman Ishak, MSi kepada perwakilan masing-masing petani, Rabu 19 November 2008, di depan Dinas Pertanian Kabupaten Pidie Jaya. Dalam arahannya Bupati mengatakan” bantuan benih unggul padi dan kedelai dari Departemen Pertanian ini, membuktikan adanya perhatian pemerintah pusat terutama Menteri Pertanian Republik Indonesia untuk petani di Pidie Jaya guna dapat terus meningkatkan produksi baik padi maupun kedelai.

Lebih lanjut Bupati minta agar petani dapat melaksanakan tanam serentak untuk seluruh Kabupaten Pidie Jaya, dengan tanam serentak resiko kegagalan panen akibat serangan hama akan sangat kecil. Beberapa waktu yang lalu, “ saya sendiri sebagai Bupati ikut bersama-sama dengan masyarakat tani melakukan gerakan massal pemberantasan tikus sawah, ini suatu pertanda kita tidak main-main dalam upaya peningkatan produksi padi, Alhamdulillah populasi tikus turun drastis dan padipun selamat dari serangan tikus”.

Kepala Dinas Pertanian, Pidie Jaya, Ir Razali Adami, MP mengatakan “ pemberian bantuan ini untuk memberikan motivasi dasar gerakan massal mewujudkan Kabupaten Pidie Jaya sebagai sentra produksi kedelai dan lumbung padi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Bantuan benih kedelai yang diserahkan kepada petani sejumlah 313,16 ton untuk luas areal tanam 7.829 hektar. Benih tersebut akan diserahkan kepada 241 kelompok tani dengan jumlah anggota penerima 7.757 orang yang tersebar di 171 desa dalam wilayah Kabupaten Pidie Jaya.

Sedangkan benih padi, kata Razali, “ Pidie Jaya mendapat bantuan benih sebayak 53 ton, yang terdiri dari 50 ton benih varietas ciherang dan 3 ton padi hybrida (SL 8 SHS) untuk ditanam pada areal sawah irigasi seluas 200 ha, sedangkan padi non hybrida (cihereng) untuk areal tanam 2.000 ha”. Pada kesempatan penyerahan benih bantuan Deptan R.I tersebut, Ir Teuku Iskandar, MSi, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam ikut memberikan arahan kepada peserta penerima benih padi dan kedelai yang berkaitan dengan teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah irigasi dan PTT kedelai yang akan ditanam di lahan kering. Teuku Iskandar dalam arahannya mengatakan, “ dengan menerapkan komponen teknologi PTT salah satunya adalah dapat efisiennya penggunaan pupuk kimia, yaitu dengan memanfaatkan jerami sebagai kompos ataupun pemberian pupuk kandang, dalam pemupukan anorganik (N) dapat berpedoman pada alat bagan warna daun (BWD), sedangkan untuk kebutuhan P dan K dapat digunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS), sehingga pemupukan betul-betul efisien, sesuai dengan kebutuhan tanaman padi. Lebih jauh Iskandar meminta, keterlibatan penyuluh pertanian secara aktif dalam memberi bimbingan teknologi PTT tersebut kepada petani penerima benih.

Dalam temu wicara petani dengan Pemkab Pidie Jaya yang dihadiri oleh 100 Kantak Tani dan tokoh masyarakat, setelah penyerahan benih tersebut, petani meminta agar masalah kelangkaan pupuk di tingkat petani dapat diselesaikan secara baik oleh Bupati. Masalah tersebut langsung ditanggapi oleh Bupati untuk segera dijajaki penyelesaiannya secara baik dan bijaksana. Dalam hal tersebut Bupati Pidie Jaya, Salman Ishak, meminta Kepala Dinas Pertanian Pidie Jaya “ masalah pupuk harus ada penyalur khusus untuk Pidie Jaya yang tidak ada sangkut paut dengan Kabupaten Induk Pidie, hal tersebut perlu segera direalisasikan” tandasnya. Berbagai permasalahan lainnya yang muncul dalam temu wicara tersebut ditanggapi serius oleh Bupati Pidie Jaya, Kepala BPTP NAD dan Kepala Dinas Pertanian Pidie Jaya.

15 November, 2008

Akhir 2009, Aceh Bebas Orang Terpasung

BANDA ACEH, SABTU- Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menargetkan penderita gangguan jiwa yang selama ini terpasung bisa bebas pada akhir 2009 dan di rumah sakit jiwa wilayah tersebut. "Kami memperkirakan saat ini terdapat sekitar 100 orang penderita gangguan jiwa yang bertahun-tahun terpasung akibat kondisi keuangan keluarganya memprihatinkan," kata Kepala Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Saifuddin AR, di Banda Aceh, Sabtu (15/11).Upaya membebaskan penderita yang terpasung dan merawatnya di RSJ Pemerintah, kata Saifuddin, bisa terwujud jika pemerintah menambah jumlah kamar (sal) di RSJ. Saat ini, satu-satunya RSJ di Aceh itu menampung sebanyak 350 penderita dari kapasitas tampung 220 orang."Kondisi RSJ saat ini cukup memprihatinkan karena kapasitas tampung yang tidak sesuai dengan jumlah pasien. Satu kamar terkadang terpaksa berdesak-desakan dua sampai tiga pasien," tambahnya.Saifuddin menjelaskan, lebih 100 warga penderita gangguan jiwa berat itu terpasung dengan kondisi yang cukup memprihatinkan, ada di antara mereka yang telah hidup terpasung selama enam tahun."Faktor kemiskinan dan rendahnya pendidikan keluarga merupakan salah satu penyebab pasien gangguan jiwa berat hidup terpasung," tambahnya.Para penderita gangguan jiwa berat yang terpasung itu di antaranya banyak ditemukan di Kabupaten Bireuen, Pidie, Pidie Jaya dan Aceh Utara serta Aceh Timur. Faktor kemiskinan, pendidikan dan trauma konflik merupakan latar belakang gangguan kejiwaan, tambah dia.Karena itu, Saifuddin berharap dukungan semua pihak terutama legislatif untuk rencana pembangunan dan penambahan fasilitas rawat inap pasien gangguan jiwa di RSJ Banda Aceh tersebut."Kalau usulan penambahan kamar (sal) itu direstui maka ratusan jiwa penderita gangguan jiwa berat bisa tertampung, dan upaya kita membebaskan Aceh dari pasien ’pasung’ akan segera terwujud," ujar dia.AC
Sumber : Antara